Menurut Hansen
dan Mowen (2003:117), terdapat dua faktor utama yang menyebabkan pembebanan
biaya overhead kurang akurat, yaitu:
1.
The proportion of
non unit related overhead cost to total overhead cost
Biaya overhead terdiri dari berbagai biaya yang terkait dengan volume
unit yang diproduksi (misalnya biaya listrik) dan biaya-biaya yang tidak
terkait dengan volume produksi (misalnya biaya set up mesin, biaya penanganan
bahan baku ,
dll). Non unit based cost driver
adalah faktor-faktor selain jumlah unit yang diproduksi yang memicu biaya. Oleh
sebab itu, tidak semua biaya overhead dapat dikaitkan dengan jumlah unit yang
diproduksi. Misalnya, terdapat tiga aktivitas overhead yakni inspeksi, set upmesin, dan tenaga listrik. Tenaga listrik pada umumnya dapat dihubungkan dengan
jumlah unit yang diproduksi. Namun, biaya inspeksi dan biaya set up tidak
dipengaruhi oleh banyaknya unit yang diproduksi. Biaya set up mungkin lebih dipengaruhi
oleh jumlah batch yang diproduksi, jumlah batch merupakan non unit level driver. Oleh karena itu, pengalokasian biaya
overhead dengan menggunakan hanya unit
level driver akan mengakibatkan distorsi biaya produk. Besarnya distorsi
yang terjadi bergantung pada berapa proporsi dan non unit related overhead cost dari total biaya overhead.
2. The degree of product diversity
Diversifikasi produk berarti bahwa produk-produk mengkonsumsi
aktivitas-aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Banyak alasan
mengapa produk mengkonsumsi biaya overhead dalam proporsi yang berbeda.
Misalnya perbedaan ukuran, kelengkapan produk, waktu set up dan ukuran batch
semuanya ini menyebabkan biaya overhead yang dikonsumsi produk menjadi berbeda.
Harga pokok produk akan terdistorsi jika volume
related yang dikonsumsi oleh suatu produk tidak berubah seiring dengan
perubahan non unit related yang
dikonsumsi oleh produk tersebut. Proporsi
dan aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk disebut ratio konsumsi. Apabila
non unit based overhead cost
merupakan proporsi yang besar terhadap total biaya overhead, maka biaya produk
dapat menyimpang jika unit based cost
driver yang digunakan.
Untuk
mengatasi keterbatasan dari FunctionalBased Product Costing, diperlukan suatu sistem akuntansi biaya yang baru
yang mampu menyajikan informasi biaya dengan lebih akurat. Sistem akuntansi
biaya tersebut dikenal sebagai sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
atau Activity Based Costing.Demikian dan semoga bermanfaat..
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Keterbatasan Functional Based Product Costing . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/10/keterbatasan-functional-based-product.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Jumat, 19 Oktober 2012
Belum ada komentar untuk "Keterbatasan Functional Based Product Costing "
Posting Komentar